blogku

.

Rabu, 05 Mei 2010

Kisah Jagung yang sebenarnya.

Pada umumnya kita sudah lupa, bahwa jagung pernah menjadi makanan pokok kedua setelah beras. Kalau muda-mudi di kota besar Indonesia bagian barat kita tanyai, apa yang merupakan makanan pokok kedua sesudah beras, maka jawaban yang mereka kemukakan rata-rata ialah roti atau bakmi.Namun kalau pertanyaan yang sama kita lontarkan kepada penduduk Indonesia di bagian timur, pasti jawabannya adalah jagung.
Lima ratus tahun lalu tanaman jagung telah di usahakan oleh penduduk Meksiko dan Amerika Selatan bagian utara. Pada tahun 1942, ketika Cristobal Calon (sebenarnya ia terlahir sebagai Cristoforo Colombo) menemukan benua Amerika, dunia lain belum mengenal jagung. Oleh Colombo yang di Inggriskan menjadi Columbus itu, jagung di bawa ke Eropa sebagai oleh-oleh. Tetapi baru pada perjalanannya yang kedua ke Amerika anak buahnya membawa benih jagung yang dapat di tanam di Spanyol. Dari sana tanaman itu cepat menyebar ke negara lain di sekitar laut tengah, baik yang beriklim sedang seperti Portugal, Italia, Perancis selatan, maupun daerah subtropis seperti Afrika utara.
Orang Portugis membawanya ke daerah tropis pantai barat Afrika yang lebih panas, pada permulaan abad XVI, dan berhasil berkembang biak (jagungnya). Kemudian jagung perantauan itu merembet ke India dan Cina. Kalau di India ia di tanam di lembah Bengawan Silugonggo, sedang di Pakistan barat di tanam di pegunungan dan dataran tinggi Punjab, maka di Cina, jagung di tanam di bantaran sungai Huang Ho (Cina utara) dan Hunan Barat. Semuanya boleh dikata daerah sejuk.
Dari Pod Sampai Ke Metro.
Tetapi jagung yang di bawa oleh Cristobal Colon ke spanyol itu ternyata bukan jagung asli lagi, melainkan keturunannya yang menyimpang. Jagung asli berasal dari pod corn purba, yang tumbuh di dataran rendah sebelah timur pegunungan Andes, Amerika selatan. Pod Corn, Zea Mays Tunicatta, ialah jagung yang bijinya diselubungi selobot kecil. Deretan biji berkelobot yang membentuk tongkol itu masih di selubungi lagi oleh selobot tongkol bersama.
Di Amerika, sampai sekarang masih saja ada dugaan yang beredar, bahwa Pod Corn itu sendiri berasal dari perkawinan silang antara Teosinte (sejenis rumput raksasa Euchlaena Mexicana, yang batangnya bisa sampai 4 m tingginya) dengan sejenis jagung purba, kira-kira 4000 tahun yang lalu. Dugaan ini di dasarkan pada kenyataan, bahwa Teosinte (yang sampai sekarang masih di usahakan oranng sebagai rumput makanan ternak), sampai sekarang pun dapat di kawinkan silang dengan varietas jagung modern, dan menghasilkan varietas jagung baru juga, meskipun para botanisi zaman dulu pernah menyangkal dugaan itu, karena bentuk susunan bunga Teosinte berbeda sekali dengan bunga jagung. (jadi tidak mungkin kawin silang).
Dari hasil hubungan masih gelap itu timbul beberapa varietas, yang salah satu diantaranya mengalami mutasi, menjadi bentuk Zea Mays, sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Nama Zea Mays di lempar dari atas kepal mereka oleh Carolus Linnaeus di tahun 1939. Ia mengambil nama Zea dari kosa kata orang yunani, yang berarti padi-padian, sedangkan nama Mays diambilnya dari kosa kata orang indian ‘mahiz’. Nama asli dari sononya bagi tanaman itu.
Jagung yang sudah tersebar di Spanyol itu ada yang kemudian di bawa oleh Ferno de Magalhaes (seorang Portugis yang bekerja pada kerajaan Spanyol) ke Filipina, ketika ia mencari jalan ke pulau rempah-rempah ke arah barat, dengan harapan dapat tiba di timur (karena yakin bahwa bumi ini di buat bulat seperti onde-onde).
Di antaranya juga ada yang di bawa ke pulau Tidore, di Maluku Utara oleh anak buah Juan Sebastian de Elcano, seorang nahkoda kapal kayu, yang melanjutkan pelayaran Ferno de Magalhaes (setelah ia tewas terbunuh di Filipina), kearah selatan, dan singgah di Tidore untuk memuat cengkih.
Dari Tidore ada yang di bawa menyeberang ke Sulawesi Utara (oleh orang daerah itu saja), dan menjadi nenek moyang jagung Manado kuning. Pada zaman Belanda sebelum perang Jepang dulu, jagung Manado kuning ini begitu terkenal di seluruh Indonesia sampai di jadikan biang kerok bagi pembentukan varietas lain yang di edarkan kemudian. Kini, jagung Manado kuning boleh di kata sudah lenyap dari peredaran. Yang tinggal hanya bastarannya yang lebih unggul, seperti misalnya Bastar kuning dan Metro.
Dari Mutiara sampai Lem.
Di kalangan per jagungan, ada 7 (tujuh) tipe jagung yang di kenal. Perbedaannya di dasarkan pada bentuk dan sifat bijinya semata-mata. Yaitu Pod Corn, Mutiara, Gigi Kuda, Berondong, Gula, Tepung, dan Waxy Corn.
Jagung bastar kuning dan metro itu termasuk tipe Mutiara, Zea Mays Indurata. Bagian atas dari bijinya memang bulat mengkilat seperti mutiara. Di negara lain tipe jagung demikian di kenal sebagai Flint corn, karena biji itu keras bagian luarnya, sampai di bayangkan sebagai flint (sejenis batu campuran kwarts dan kaseldon).
Setelah Indonesia semakin terbuka bagi kaum jagung,maka pada suatu ketika masuk pula jagung dari tipe gigi kuda, Zea Mays Indentata, dari Amerika. Di sebut demikian karena ujung bijinya bagian atas aneh sekali, melekuk di tengahnya, seperti gigi kuda. Karena ada bagiannya yang lunak, maka semua varietas jagung dari tipe ini cepat mengering (bijinya) dan kemudian keriput.
Varietas lain adalah jagung manis atau jagung gula.Zea Mays Saccharata. Bijinya mengkilap seperti kaca bening. Harus di panen setelah ia “masak susu” (bijinya masih lunak, karena zat pati yang dikandungnya masih cair seperti susu). Pada saat itu aromanya memuncak, terasa paling enak sampai dihidangkan sebagai snack di bar dan coffee shop. Tadinya jagung manis masih di impor, tapi sebagian kini sudah kita tanam sendiri.
Di negara asalnya sendiri, jagung manis yang baru ditemukan dalam tahun 1779 oleh orang Indian Amerika (bukan oleh orang Meksiko), ditanam secara besar-besaran. Ada yang putih susu (misalnya varietas Mamouth White Corry), dan ada yang kuning (misalnya Golden Bantam).
Di negeri asal jagung, juga masih ada type jagung lain yang juga memegang peranan penting sebagai sumber ekonomi. Yaitu jagung tepung atau Flour Corn, Zea Mays Amnlaceae yang bijinya hampir seluruhnya terdiri atas pati yang lunak.
Type lain ialah Waxy Corn, Zea Mays Ceratina, yang bijinya di liputi zat semacam lilin. Zat pati yang dikandungnya agak berbeda dengan amylum biasa, dan lebih mirip dengan Glycogen. Jenis ini diusahakan hanya diambil Glycogen nya ini. Sebagai bahan baku pembuat lem khusus, antara lain untuk mengelem prangko, meterai tempel atau amplop. Walaupun di oleskan secara tipis saja, namun sudah cukup kuat daya rekatnya.
Dari manusia sampai ke hewan ternak, juga kopi
Di Indonesia, jagung ditanam di sawah sebagai palawija, untuk diambil daun mudanya sebagai sayur. Dan di panen tua sebagai bahan makanan pokok ke dua (di Jawa Timur, madura dan Nusa Tenggara). Di daerah dataran rendah tertentu yang tidak menghasilkan kopi sendiri (juga di luar negeri), biji jagung dijadikan sebagai pengganti biji kopi.Mula-mula biji jagung itu di rendam dalam air mengalir selama satu malam, sampai bengkak. Di tiriskan, lalu di sangray (di goreng tanpa minyak), sampai berwarna coklat seperti kopi tulen. Sesudah di giling halus, harus ditambahkan juga kopi murni sebanyak kurang lebih 20 %.
Di Eropa campuran biji jagung sangray dan biji kopi tadi, masih di tambah pula dengan bubuk akar Chichory, Cichorium Intibus yang di sangray juga, agar warnanya tetap seperti kopi tulen. Di lihat sepintas lalu, bubuk kopi jagung ini memang sulit dibedakan dengan bubuk kopi tulen. Cocok untuk ngopi kaum rakyat jelata yang belum mampu membeli bubuk kopi murni yang berkualitas yang harganya pun cukup lumayan di pasaran kopi dunia. Dan mengenai manfaat dari jagung sebagai obat tradisional, Insya Allah akan di bahas dalam rubrik kesehatan yang selanjutnya. (Adriansyah, Akp : dikutip dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar